Jumat, 26 April 2013

Sumpah Kalo Saya Bener-Bener Tidak Tahu

Sumpah, kalo saya baru tahu lagu ini, setelah ujug-ujug ke mbah gugle, ada yang lumayan asik kasi info apa artinya...

Sumpahna Ge Da Aing Mah Da Teu Nyaho yang dalam bahasa Indonesia berarti : Sumpah kalo saya bener-bener tidak tahu. Sebuah lagu unik dalam bahasa Sunda yang tengah naik daun saat ini di Youtube. Suara anak kecil yang menyanyikan lagu tentang realita kehidupan ABG Indonesia, dengan gaya tutur bahasa Sunda yang lucu dan asyik di dengar.

Walau begitu, lagu ini sebenarnya merupakan lipsync dari lagu asli seorang gadis cilik bernama Cleopatra Stratan asal Rumania (yang juga sama-sama tengah tenar di Youtube) dengan judul lagu Zunea-Zunea, namun gak salahnya mendengarkan lagu lucu tersebut.

 ayo bandingkan 2 video ini


yang ini versi plesetan anak negeri



Lirik lagu Sumpahna Ge Da Aing Mah Da Teu Nyaho

aya barudak keur ulin sabari udud di warnight [warnet]
tempat barudak ngarumpul jeung nga gandengan tatangga
ti imah mah ngomongna erek indit ka sakola....
tapi nyatana malah ngarumpul jeung ngudud di warnight [warnet]

Reff :
sumpahna na ge da teu nyaho
aing mah teu nyaho
aing mah teu nyaho
erek kitu...erek kieu sumpahna ge da teu nyaho
aing mah teu nyaho
aing mah teu nyaho
erek kitu...erek kieu sumpahna ge da teu nyaho

cing sumpahna ge da aing mah di bejaan da teu nyaho
sok gera mikir di bejaan teh sia mah kudu nyaho

diluar imah siga nu bener wani ka sasaha
tapi di bere jurig mah maneh ngompol na calana
hey.. barudak ulah ngalawan ka bapa jeung ka emak
kudu sieun maraneh engke bisi asup naraka

Reff:
sumpahna na ge da teu nyaho
aing mah teu nyaho
aing mah teu nyaho
erek kitu...erek kieu sumpahna ge da teu nyaho
aing mah teu nyaho
aing mah teu nyaho
erek kitu...erek kieu sumpahna ge da teu nyaho


Translate Lirik Sumpahna Ge Da Aing Mah Da Teu Nyaho (Indonesia):
Ada anak-anak sedang maen sambil ngerokok di Warnet
Tempat anak-anak ngumpul dan bikin ribut tetangga
Dari rumah bilang nya mau pergi ke sekolah
tapi nyatanya malah ngumpul sambil ngerokok di warnet

Reff :
Sumpahnya ku ga tau
aku tidak tahu
aku tidak tahu
mau gitu mau gini sumpahnya ku ga tau
aku tidak tahu
aku tidak tahu
mau gitu mau gini sumpahnya ku ga tau

Sumpahnya aku dikasi tau juga ga tahu
Ayo cepet mikir kamu tu dikasi tahu harusnya tahu

Di luar rumah kayak yang bener brani ke siapa aja
tapi ketemu hantu kamu malah ngompol di celana
Hai anak-anak jangan ngelawan ke bapa dan ke emak
harus takut kamu nanti bisa-bisa masuk neraka

Reff :
Sumpahnya ku ga tau
aku tidak tahu
aku tidak tahu
mau gitu mau gini sumpahnya ku ga tau
aku tidak tahu
aku tidak tahu
mau gitu mau gini sumpahnya ku ga tau
 Hik Hik Hik lucu tapi....

Senin, 22 April 2013

RAGAM POTENSI ENERGI ALTERNATIF INDONESIA

Rakyat Indonesia, kini mulai lagi didera penyakit akut berulang, musiman bagai DBD, deritanya akan berefek panjang dan lebar. Sifat dari suatu masalah, bila masalah itu tidak berulang, diberikan solusi lalu selesai, maka itu adalah persoalan teknis, Bila segala macam solusi diterapkan dari yang mengada-ada hingga tak masuk akal pun, masalah itu masih muncul lagi, maka sumber masalahnya dipastikan adalah 'KESALAHAN SISTEM'

Tulisan berikut, semoga dapat menginspirasi para penganut Life Green, Pencinta Indonesia, Pengusaha Kreatif, Pembela Masa Depan Generasi, Wakil Rakyat yang Insyaf, Pemimpin yang Amanah, Ulama Peduli, Remaja Peduli Lingkungan...

sok, disimak...


Ketahanan #Energi

Oleh: Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Peneliti Badan Informasi Geospasial

Antrian BBM di SPBU kini telah menjadi pemandangan sehari-hari di banyak wilayah tanah air. Kalau antrian ini hanya terjadi secara insidental dan lokal, mungkin ini hanya masalah teknis belaka. Tetapi karena ini gejala nasional dan berlarut-larut, maka ini pasti sistemis. Sistemis ini ada yang sifatnya kebijakan makro-ekonomis dan ada yang teknis. Yang makro-ekonomis adalah realita bahwa selama ini, meski produksi energi nasional masih lebih dari cukup, tetapi gas alam dan batubara mayoritas justru diekspor dengan harga jauh di bawah pasar internasional.

Asumsi APBN kita memang baru menghitung produksi minyak (lifting), dan belum produksi energi secara keseluruhan. Sedang secara teknis, baik minyak, gas dan batubara suatu hari memang akan habis, karena merupakan energi yang tidak terbarukan. Apalagi pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi juga menaikkan kebutuhan energi. Negara kaya minyak seperti Iran pun paham, bahwa suatu saat minyak mereka akan habis. Karena itu mereka mengembangkan nuklir.

Nuklir memang efisien, dan tidak menimbulkan gas rumah kaca (CO2) yang berdampak pemanasan global. Problema nuklir adalah skalanya yang besar, perlu teknologi tinggi dan peran negara yang kuat, yang sanggup menahan tekanan asing yang ketakutan nuklir itu akan digunakan untuk senjata. Selain itu limbahnya juga masih bermasalah, di samping risiko kecelakaan yang dapat fatal, seperti kasus Chernobyl 1986. Untuk Indonesia yang masyarakatnya terkenal ceroboh dan birokratnya tidak transparan, wajar jika ”bermain-main” dengan PLTN agak mengkhawatirkan.

Sebenarnya bahan bakar nuklir (Uranium) juga terbatas. Cadangan di dalam negeri amat kecil, sehingga kalau kita punya PLTN, bahan bakarnya harus impor. Ketergantungan pada asing tentu saja tidak kita inginkan.

Maka yang layak dikembangkan di negeri ini adalah energi terbarukan. Berbeda dengan energi baru yang bermakna non konvensional (seperti nuklir), energi terbarukan adalah energi yang di alam praktis tidak akan habis atau selalu diperbarui. Sumber asal energi ini ada tiga: (1) matahari / surya, (2) magma / panas bumi, (3) efek pasang surut.

Indonesia adalah negeri dengan sekitar 130 gunung api, yang berarti ada sekitar 130 lokasi berpotensi panas bumi. Panas bumi yang tidak bisa diekspor ini andaikata digunakan untuk pembangkit listrik akan menghasilkan daya di kisaran 30 GW, atau setara dengan seluruh pembangkit PLN saat ini.

Indonesia juga negeri maritim dengan garis pantai lebih dari 95.000 Km. Banyak lokasi di sepanjang pantainya yang relatif curam dan sempit sehingga potensial untuk pembangkit listrik tenaga pasang surut.

Namun Indonesia juga negeri katulistiwa yang kaya sinar surya. Energi surya adalah energi yang terluas aplikasinya, baik langsung maupun tak langsung. Yang langsung adalah berupa panas (misal untuk menjemur pakaian atau hasil pertanian) atau dikonversi ke listrik melalui sel-surya (solar-cell) dan kebun-surya (solar-farm). Sel-surya menggunakan silikon yang langsung mengubah cahaya menjadi listrik. Bahan ini relatif mahal karena produksinya perlu teknologi tinggi. Efisiensinya juga masih rendah. Adapun ladang-surya biasanya menggunakan satu lapangan cermin untuk memantulkan sinar surya ke fokus, yang di situ air dipanaskan sampai menguap, dan uap ini dipakai memutar generator listrik.
Cara lain pemanfaatan surya adalah melalui turunannya berupa energi air, angin, ombak, panas laut dan nabati.

Energi air diambil langsung misalnya untuk menghanyutkan kayu atau dengan kincir air penumbuk padi, atau untuk pembangkit listrik dengan PLTA, atau dalam ukuran kecil disebut PLTM – Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Ibu Tri Mumpuni berhasil menerangi lebih dari 60 desa dengan PLTM yang dibuat bersama masyarakat, sehingga murah dan terrawat baik.

Energi angin (atau disebut juga bayu) diambil secara langsung misalnya dengan kapal layar atau kincir angin, baik yang langsung untuk menggiling gandum seperti di Belanda, atau untuk menghasilkan listrik. Beberapa negara maju punya ”kebun-angin” (wind-farm), yakni lahan luas tempat ratusan kincir angin penghasil listrik (PTLB). Lahan ini biasanya ditaruh di tepi pantai, tempat angin bertiup kencang secara konstan. Demikian juga dengan ombak yang terjadi antara lain oleh angin. Dengan alat yang tepat, ombak dapat dikonversi menjadi energi. Hanya lokasinya tergantung topografi pantai.

Perbedaan panas laut di permukaan dan kedalaman juga dapat untuk membangkitkan listrik dengan apa yang disebut Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), yakni dengan zat yang dapat diuapkan dengan beda suhu seperti itu.

Yang termenarik saat ini adalah energi nabati (bioenergy). Hal ini karena energi nabati adalah energi kimia, yang dapat disimpan dan praktis untuk keperluan transportasi. Energi lain, seperti panasbumi dan nuklir, tidak memiliki sifat seperti ini.

Energi nabati dihasilkan dari fotosintesis yang kemudian melalui rantai makanan dibawa ke energi akhir. Secara filosofis, energi hewan atau manusia adalah nabati. Bahan bakar fossil (minyak dan batubara) pun adalah energi nabati yang terpendam jutaan tahun. Namun kalau orang bicara bioenergy, umumnya yang dimaksud adalah kayu bakar, bahan nabati yang dibuat bahan bakar cair (biofuel) atau gas methan hasil pembusukan limbah organik (biogas). Biofuel yang didesain untuk mesin diesel disebut biodiesel, bila dicampur solar olahan minyak bumi disebut biosolar.

Pemerintah pernah menggalakkan tanaman jarak pagar (Jatropa) untuk biofuel. Kandungan minyak dalam jatropa adalah 1400 liter/hektar/tahun. Kandungan ini cuma seperempat kelapa sawit (6000 liter/hektar). Pantas ada dugaan bahwa pernah langkanya minyak goreng karena sebagian dijual sebagai bahan biodiesel.
Jika energi nabati diharapkan memenuhi kebutuhan sehari-hari menggantikan minyak bumi (sekitar 1,2 juta barrel/hari atau 69 Milyar liter/tahun), maka diperlukan lahan 49 juta hektar. Sayangnya dari 107 juta ha lahan pertanian Indonesia, lahan kritisnya cuma 21,9 juta ha (BPS 2003)!

Tak heran, sebagian orang keberatan untuk menanam jarak pagar dan memilih menanam palawija atau hortikultura. Kalaupun lahan kritis dianggap berpeluang, maka ada masalah teknis di lapangan ketika seorang petani ingin mengolah lahan yang luas dan sulit diakses. Di samping itu terkadang masih ada persoalan hukum tentang kepemilikan tanah tersebut, sekalipun terkategori lahan kritis. Kalaupun akhirnya jadi menanam, proses pasca panen dan penjualan minyak jarak juga masih tanda tanya.

Sebenarnya ada bahan nabati yang lebih efisien yaitu mikroalga. Tanaman mikroorganik ini sangat efisien hidup di kawasan tropis, baik pada air tawar maupun air laut. Dari satu hektar tanaman mikroalga dengan teknik raceway ponds atau photobioreactor dapat dihasilkan sekitar 58.000 liter minyak dengan asumsi hanya 30% dari biomassanya yang mengandung minyak! (Chisti, 2007). Selain itu masa panennya juga jauh lebih singkat.

Karena itu mikroalga sebagai alternatif menjadi sangat menarik untuk dikembangkan. Sayangnya saat ini baru Puslit Bioteknologi LIPI di Cibinong yang mulai merintis untuk mengembangkannya.
Semestinya, demi kemandirian energi kita di masa depan, umat Islam bekerja keras menghemat energi sekaligus mengembangkan sumber energi terbarukan. Masalah umat Islam tidak hanya sekedar kemaksiatan atau pemurtadan. Persoalan ketahanan energi, baik teknis maupun kebijakan ekonomi, adalah masalah umat Islam juga.[]

Dimuat kolom mimbar Harian Borneonews, Senin/22/4/201
IP